Rabu, 04 Juni 2014

PEMBAHASAN

Landasan Epistemologis Ilmu Nahwu di Basrah

 Menurut catatan sejarah, nahwu sebagai suatu disiplin  ilmu dicetuskan pertama kali oleh orang-orang Basrah. Mereka berupaya untuk menjaganya dengan baik selama kurang lebih satu abad lamanya. Orang-orang Kufah datang ke sana untuk belajar lalu mereka  bahu  membahu  untuk  menyempurnakan  kaidah-kaidah  nahwu  tersebut. Semangat  kompetisi  yang  bergelora  di  hati mereka menjadi motivasi  dan  penambah semangat mereka  hampir mencapai  seratus  tahun  lamanya. Akhirnya  pada  permulaan masa  Daulah  Abbasiyah nahwu dipelajari dan diteliti secara luas di Basrah dan Kufah, dan mencapai puncaknya di Bagdad sebelum abad ketiga Hijriyah[1].
Nahwu yang dikonstruk di Basrah pada awalnya hanya merupakan kajian nahwu yang  tumbuh dan berkembang dengan tujuan untuk menghilangkan lahn yang sudah menyebar, terutama dikalangan non Arab[2]. Selanjutnya kajian nahwu semakin tumbuh dan berkembang pesat di Basrah  terutama setelah Kufah ikut serta terlibat dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedan karakteristik kajian nahwu antara Basrah dan Kufah dipengaruhi juga oleh perbedaan kondisi sosial, budaya dan pandangan politik[3] kedua kota tersebut.
Dilihat dari posisinya Basrah adalah salah satu kota yang berdekatan dengan orang-orang Arab pedalaman yang bahasanya belum tercemar oleh bahasa orang-orang asing yang tinggal di  perkotaan. Di sebelah barat, Basrah berdekatan dengan wadi Najd dan di sebelah selatan dengan Bahrayn[4].
 Di samping itu Basrah juga dekat dengan al-Marbad yang merupakan pasar seni Arab  yang  termasyhur pada masa permulaan Islam. Pasar seni ini sama dengan pasar seni Ukaz di zaman jahiliyah. Pasar ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang Arab dan orang-orang Basrah di mana mereka bertukar fikiran dan informasi. Di sini pula tempat berkumpulnya orang-orang perkotaan dan orang-orang pedesaan[5].
Dilihat dari struktur  penduduknya kota Basrah mempunyai penduduk yang memiliki kefasihan (fasahah) yang mengakar dan mendasar, karena mereka berasal dari kabilah-kabilah yang kondisi bahasanya paling bersih (kabilah Qays dan Tamim), disamping mereka mempunyai hubungan  yang erat dengan Arab Badui. Mereka menemui orang-orang Arab badui yang datang ke Basrah dan mengambil bahasa dari mereka dan bahkan sebaliknya mereka yang berkunjung ke Arab badui untuk mencari dalil-dalil dalam menetapkan kaidah-kaidah nahwu[6].
Di samping itu walaupun penduduknya terdiri dari berbagai strata, namun tidak terdapat  diskriminasi di antara masing-masing lapisan dan status sosial. Hal ini menunjang adanya  kebersamaan dan gotong royong antar seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi asimilasi sesama  mereka bahkan kadang-kadang sampai pada tahap pembauran[7].
Secara alamiah semua mereka menjadi penyambung lidah bahasa Arab fasih dan memudahkan bagi ulama Basrah untuk memperoleh apa yang diperlukan ketika mereka melakukan penyusunan kaidah-kaidah nahwu.
Dalam catatan sejarah, perkembangan ilmu nahwu paling tidak melalui empat fase, yaitu fase al-wad’i wa al-takwin (peletakan dasar-dasar dan pembentukan), fase al-nushu’ wa al-numuww (fase perkembangan dan pertumbuhan), fase al-nadj wa al-kamal (matang dan  sempurna), dan  fase  al-tarjih wa albast fi al-tasnif (fase penyederhanaan dalam penyusunan)[8].
Fase peletakan dasar-dasar nahwu dan prinsip-prinsipnya dimulai sejak munculnya ilmu nahwu itu sendiri yaitu oleh Abu al-Aswad al-Duali sampai pada masa Khalil bin Ahmad al Farahidi.  Pada fase ini nahwu hanya tumbuh dan berkembang di Basrah saja, sedangkan kota Kufah pada saat  yang bersamaan masih sibuk mengkaji dan mempelajari syair-syair, cerita-cerita, riwayah dan sejenisnya, mereka belum menyentuh sama sekali kajian nahwu, kecuali setelah tabaqah ketiga (yaitu generasi ulama ketiga di Basrah).
Adapun fase kedua dalam sejarah perkembangan nahwu adalah tahap al-nushu’ wa al-numuww. Pada fase ini Basrah tidak sendirian dalam mengembangkan teori-teori  nahwu, Kufah  sudah mulai ikut andil dalam merumuskan teori-teori baru dalam ilmu nahwu. Pada fase ini ulama Basrah sudah memasuki genarasi ketiga di bawah pimpinan Khalil bin Ahmad al-Farahidi, sedangkan Kufah baru masuk pada generasi pertama yang dipimpin oleh Abi Ja`far Muhammad bin al-Hasan al-Ruasi[9].
Kajian nahwu yang dikembangkan pada fase ini juga sudah semakin meluas, tidak hanya  membahas awakhir al-kalimah (harakat  akhir  pada  setiap  kata) saja sebagai pokok bahasannya, tetapi juga sudah membahas tentang al-abniyah (perubahan bentuk kata)  yang belakangan dikenal dengan ilm al-sarf. Bahkan nahwu juga sudah dikaji bersamaan dengan kajian bahasa dan sastra, seperti yang telah dilakukan Khalil dalam kamusnya yang monumental “al-‘Ayn”, yang juga merupakan kitab pokok dalam kajian lingusitik Arab, dia telah menggabungkan antara kajian bahasa dengan nahwu[10].
Pada fase ini juga telah lahir dua madrasah  al-nahw (aliran  nahwu),  yaitu Madrasah  al-Basrah yang dipimpin oleh Khalil bin Ahmad al-Farahidi, dan Madrasah al-Kufah yang dipimpin oleh Abi Ja`far Muhammad bin al-Hasan al-Ruasi. Bahkan al-Tantawi[11] menyebutkan telah terjadi perdebatan yang panas dan tanafus shadid (kompetisi yang ketat). pada fase ini antara ulama madrasah al-Basrah dan al-Kufah, misalnya antara al-Kisa`i  dengan al-Asmui>, antara al-Kisa`i dengan Sibawayh, dan antara al-Kisa`i dengan al-Yazidi, perdebatan ini semakin hari tidak semakin  berkurang bahkan semakin  panas, juga pada fase kajian nahwu memasuki tahap kesempurnaan dan matang secara teori.
Aliran Basrah dalam kajian nahwu sesungguhnya muncul setelah Kufah ikut terlibat langsung dalam kajian nahwu, artinya term nahwu Basrah muncul setelah ada nahwu Kufah. Sebelumnya Basrah hanya sendirian mengkaji dan mendalami nahwu[12]. Awal munculnya pemikiran nahwu adalah  dari Abu al-Aswad al-Duali di bawah bimbingan Ali bin Abi Talib.  Abu al-Aswad sendiri adalah dari  golongan shi`ah. Di Basrah Abu al-Aswad banyak menemui tantangan karena banyak orang-orang Basrah yang kurang pro al-Khalifah Ali khususnya dari para mawali. Tetapi Abu al-Aswad mempunyai andil yang besar terhadap mawali karena dialah yang berjasa memberi harakat al-Qur'an yang sangat membantu terhadap para mawali dalam mempelajari al-Qur’an. Di samping itu pula Abu al-Aswad sangat berjasa dalam membuat kaidah-kaidah bahasa Arab (nahwu) yang sangat membantu para mawali untuk dapat berbahasa Arab dengan benar.



[1] Mulloh Tamim, al-Basith fi Ushulin Nahwi wa Madarisihi (malang: Dreamlitera Graha Al-Farabi, 2014), 105
[2] Ahmad Amin menggambarkan bahwa ilmu nahwu bermula hanya merupakan aktivitas mendengarkan perkataan orang-orang tertentu yang dianggap fasih, kemudian dijadikan kesimpulan dan rumusan i’rab baik rafa’, nasab, jar, dan jazm. Ahmad Amin, Duha al-Islam (Bayrut: Dar al-Kitab al-Arabi, 2005), 457.
[3] Abd al-Karim Muhammad al-As`ad, al-Wasit fi Tarikh al-Nahw al-Arabi (al-Riyad: Dar al-Shawwaq, 1992), 34-38.
[4] al-Tawil, al-Khilaf bayna al-Nahwiyin Dirasah wa tahlil wa taqwim (Makkah: al-Maktabah al-Faysaliyah, 1984),70.
[5] al-Sinjirji, al-Madhahib al-Nahwiyah fi Daw’i al-Dirasah al-Lughawiyah al-Hadithah (Jiddah: al-Faysaliyah, 1986), 20.
[6] Mulloh Tamim, al-Basith fi Ushulin Nahwi wa Madarisihi (malang: Dreamlitera Graha Al-Farabi, 2014), 106
[7] Mahdi al-Makhzumi, Madrasah al-Kufah wa Manhajuha fi Dirasah al-Lughah wa al-Nahw (al Qahirah: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1958), 14.
[8] al-Tantawi, Nashah al-Nahwi wa Tarikh Ashhar al-Nuhah (Lubnan: Alam al-Kutub, 1997),  21.
[9] Ibid. 41.
[10] Ahmad Mukhtar Umar, al-Bahth al-Lughawi Inda al-Arab ma’a Dirasah li Qadiyah al-Ta’thir wa al-Ta’aththur (al-Qahirah: Alam al-Kutub, 1986). al-Tantawi, Nashah al-Nahwi wa Tarikh Ashhar al-Nuhah (Lubnan: Alam al-Kutub, 1997), 21-24
[11] al-Tantawi, Nash’ah al-Nahwi wa Tarikh Ashhar al-Nuhah (Lubnan: Alam al-Kutub, 1997), 30-34
[12] Kufah ikut mengkaji nahwu pada generasi ke tiga Basrah yang dipelopori oleh al-Ruasi, lihat al-Tantawi, Nashah al-Nahw wa Tarikh Ashhar al-Nuhah (Lubnan: Alam al-Kutub, 1997), 41

1 Komentar:

Pada 30 Januari 2022 pukul 08.51 , Anonymous Anonim mengatakan...

emperor casino - Shootercasino
Visit this website for real money casino games 샌즈카지노 and tournaments - 인카지노 all live on the 제왕 카지노 same desktop browser. All games are hosted on one server. Play and win!

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda